Ringkasan Khotbah

PERTAMA: TUHAN MENAWARKAN HIDUPNYA KEPADA SIAPA SAJA MANUSIA YANG MEMBUTUHKANNYA TANPA SYARAT APAPUN.
Zakheus adalah seorang kepala pemungut cukai. Pada masa itu pemungut cukai, walaupun kaya-raya secara materi, sangat dibenci dan dipandang sangat hina oleh masyarakat apalagi pemimpin agama Yahudi. Mengapa? Mereka dianggap sebagai para pengkhianat yang memperkaya diri sendiri dengan bekerja sama dengan penjajah menghisap darah rakyat sendiri. Kita tahu dari sejarah Tanah Palestina dibawah penjajahan Romawi, dan imperium Romawi menarik pajak atau cukai dari tanah pendudukannya. Sebab itu mereka mengangkat orang-orang pribumi sebagai pengumpul pajak. Salah satunya adalah Zakheus yang menjabat sebagai kepala kantor pajak di kota perdagangan Jerikho. Namun dituturkan Zakheus ini rupanya mendengar tentang Yesus yang melintasi kota Jerikho, mungkin Dia juga sudah mendengar bahwa rabi (guru) dan nabi satu ini sungguh-sungguh berbeda. Berbeda dengan para rabi yang sangat benci kepada para pemungut cukai, pelacur dan pendosa, Yesus justru termashur sebagai “sahabat para pemungut cukai dan pendosa” (Luk 7:34). Mungkin itulah yang mendorong Zakheus ingin melihat Dia. Sebab sulit dibayangkan seorang kepala kantor pajak, mau mengorbankan reputasi dan harga dirinya, capek-capek ke jalan dan bahkan naik ke atas pohon hanya untuk bisa melihat seorang rabi atau nabi yang yang kejam dan angkuh.
Kisah tuturan Lukas ini sangat menarik. Keinginan Zakheus melihat Yesus berjawab dengan sapaan dan panggilan Yesus yang hangat dan bersahabat. Yesus melihatnya di atas pohon, berhenti untuk menyapanya, dan bahkan meminta Zakheus turun dan mengundangnya ke rumahnya. Alangkah anehnya. Seorang rabi atau guru agama mau bukan saja bercakap-cakap tetapi berkunjung ke rumah seorang pengkhianat masyarakat. (Jika memakai kalkulasi politik: apa yang dilakukan Yesus jelas-jelas blunder atau kesalahan. Sebab hukum politik mengatakan: jangan bergaul dengan “kambing hitam” atau sampah masyarakat. Itu dapat kita lihat dari reaksi orang banyak yang marah kepadaNya karena menerima orang-orang semacam Zakheus.)
Namun disinilah kita sadar bahwa Yesus bukan seorang politikus yang selalu berhitung soal citra dan dukungan politik orang banyak. Yesus bukan seorang partisan yang sedang mengumpulkan kekuasaaan dan karena itu tidak mau salah bergaul. Yesus adalah seorang Anak Manusia yang datang mewartakan rahmat dan pengampunan Allah kepada semua manusia yang membutuhkannya, tanpa mempersoalkan latar belakang sosial, budaya, ekonomi atau ideologi politiknya.
Mungkin bukan kebetulan bahwa Lukas menceritakan kisah perjumpaan Yesus dan Zakheus ini sesudah perjumpaanNya dengan seorang pengemis buta di jalan masuk Jerikho (Luk 18:35-43). Dari segi latar belakang sosial kedua orang ini berbeda sekali bagaikan langit dan bumi, yang satu sangat miskin dan yang satu lagi sangat kaya, namun mereka sama-sama membutuhkan dan menerima anugerah Allah. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk 18:27).
Yesus menyebutkan Zakheus “agen penjajah” itu anak Abraham (Luk 19:9). Sebelumnya dia juga menyebut seorang perempuan yang sudah 18 tahun lumpuh juga anak perempuan Abraham. Yesus tahu bahwa orang-orang Yahudi yang sangat membenci para pemungut cukai sangat membanggakan diri mereka sebagai anak-anak Abraham. Dengan menyebut Zakheus anak Abraham, Yesus hendak mengatakan si pemungut cukai itu juga membutuhkan anugerah Allah dan menerimanya.
Bagaimana dengan kita yang sekarang? Yesus masih menawarkan anugerah pengampunan, rahmat, sukacita dan damai Allah itu kepada semua orang yang membutuhkannya: kaya-miskin, tua-muda, perempuan-laki-laki, apapun latar belakang sosial-ekonomi dan politiknya, dan apapun kedudukannya di tengah-tengah masyarakat. Datanglah kepada Allah dan Dia akan menyongsong dan menyambut kita dengan cintaNya yang tidak berbatas dan tak bersyarat. Ya, Tuhan Allah tidak mau menolak siapapun yang berseru kepadaNya dan meminta pertolonganNya. Dia tidak mengajukan syarat dan kondisi apa pun kepada kita untuk mendapatkan cinta kasihNya. Lantas apa lagi?
KEDUA: TUHAN BUKAN HANYA INGIN BERJUMPA TETAPI INGIN TINGGAL BERSAMA KITA.
Yesus meminta Zakheus mengundang Dia ke rumahNya, makan bersama Dia, bergaul dan bercakap-cakap denganNya. Sebelumnya Dia juga telah memanggil seorang “kolaborator penjajah” atau pemungut cukai bernama Lewi menjadi murid atau pengikutNya. (Lukas 5:27-32). Kita tahu dalam tradisi timur, juga di negeri kita, datang ke rumah dan apalagi makan bersama, adalah suatu simbol relasi atau persekutuan yang sangat dalam. Alkitab menyaksikan: Yesus, Tuhan yang disembah oleh gereja sekarang, selalu datang ke rumah dan makan bersama orang-orang berdosa yang disingkirkan oleh masyarakat banyak. AlasanNya: sebab Anak Manusia datang memang untuk mencari yang sesat dan hilang.
Zakheus sangat berbahagia menerima Yesus di rumahnya. Dalam Injil dikisahkan Yesus sering berkunjung ke rumah dan bukan sekadar berkotbah di lapangan terbuka. Dia berkunjung ke rumah Martha dan Maria, menghadiri sebuah pesta pernikahan sederhana di desa Kana, makan di rumah seorang pemimpin partai Farisi (Luk 14:1), mengunjungi rumah Petrus untuk menyembuhkan mertuanya (Mat 8:14), mengunjungi rumah seorang kepala sinagoga untuk membangkitkan anaknya (Mat 9:23-25) dan lain-lain. Semua ini mau menunjukkan bahwa Yesus lebih menghendaki relasi yang sungguh-sungguh intens, berkualitas dan berkelanjutan dengan orang2 yang dijumpai-menjumpaiNya dan bukan sekadar kekaguman. Dia menginginkan sahabat dan bukan pemuja. Dia menginginkan murid yang setia dan bukan penonton lepas. Dalam Wahyu ada tertulis: Lihatlah Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama, dan dia bersama-sama dengan Aku.” (Wahyu 3:20). Dalam Injil Yohanes ada tertulis: “Tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu” (Yoh 15:4a). Perjumpaan Yesus dan Zakheus tidak berakhir di jalan raya, lapangan terbuka, atau stadion, tetapi berlanjut di rumah. Dan nanti kita lihat justru di rumah kediaman Zakheuslah hal-hal ajaib terjadi.
Sama seperti Dia mengajak Zakheus dahulu, Yesus juga mengajak saudara dan saya menjadi sahabatNya, meminta kita agar mengundang Dia ke rumah kita agar Dia makan bersama kita. Menarik sekali merenungkan: mengapa orang Kristen masa kini dalam doa-doa sebelum makan hanya meminta Tuhan memberkati makanan dan tidak mengajak Tuhan makan bersama dengannya. Orang Kristen juga jarang berdoa mengatakan memberi ruang dan meminta Tuhan benar-benar tinggal di rumahnya. Mungkin bagus juga kita bertanya: di luar hari Natal, apakah simbol kehadiran Tuhan di rumah-rumah orang Kristen Protestan apalagi HKBP?
KETIGA: PERJUMPAAN DENGAN TUHAN SELALU MENDORONG PERUBAHAN RADIKAL ATAU SIGNIFIKAN DALAM HIDUP KITA.

Apa yang terjadi ketika Zakheus, Kepala Kantor Pajak Jerikho, berjumpa dengan Yesus dan menerima Dia di rumahnya? Dia bertobat atau berubah secara mendasar (radikal) dan menyeluruh (total). Sebagai respons atau tanggapannya terhadap anugerah Allah, Zakheus (baca: Zakheus) melepaskan separuh atau 50% dari kekayaannya untuk dipersembahkan bagi orang-orang miskin. Bukan hanya itu dia memberikan janji seandainya ada harta kekayaannya yang diperolehnya dengan cara memeras orang lain akan dikembalikannya empat kali lipat! Di sinilah kita melihat suatu makna pertobatan yang sangat dalam. Pertobatan Zakheus pertama berdampak kepada dia secara personal selanjutnya secara domestik atau rumah tangganya. Sebab itulah Yesus mengatakan: hari ini telah terjadi keselamatan di rumah ini. Dapotan tua pangisi ni jabu on! Namun bukan hanya itu, pertobatan Zakheus juga berdampak secara sosial dan ekonomi. Dia mempersembahkan separuh kekayaannya kepada orang-orang miskin dan mengembalikan seandainya ada hasil korupsinya empat kali lipat! Zakheus bertobat dan dampaknya orang-orang miskin mendapatkan berkat! Tapi masih ada lagi: pertobatan Zakheus memulihkan sistem hukum. Dia bersedia mengembalikan harta hasil korupsi/curian sesuai dengan hukum mata ganti mata ditambah kompensasi 300%. Zakeus bertobat berdampak kepada perbaikan hukum. Inilah yang dinamakan Yohanes Pembaptis: hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan.