Ringkasan Khotbah

Dalam mengikut Tuhan kita tidak boleh hanya menekankan keregiliusan. Namun yang terpenting adalah spiritualitas. Kereligiusan lebih menekankan pada berbagai seremonial agama, sedangkan spiritualitas berkaitan dengan keintiman pribadi dengan Tuhan.
Daniel adalah seseorang yang memiliki spiritualitas yang sangat dalam dengan Tuhan sehingga kondisi apapun yang dia alami tidak menggeser waktu keintiman dengan Tuhan. Bagi daniel keintiman dengan Tuhan adalah sebuah kebutuhan dasar dalam hidupnya.
Tantangan yang dihadapi oleh spiritualitas Daniel saat itu membuktikan bahwa spiritualitas tidak akan pernah dikalahkan.
  1. Adanya siasat untuk menjatuhkan dia dari keberhasilannya.
    Orang yang memiliki spiritualitas yang baik akan berdampak kepada kehidupan sehari-seharinya termasuk pekerjaannya. Ayat 6 menjelaskan bahwa  tidak didapati sesuatu kesalahan padanya.  Akibatnya ia mendapat kepercayaan dari pemimpin untuk karirnya semakin menanjak. Namun semakin menanjaknya karirnya Daniel harus berhadapan dengan orang-orang yang iri dan cemburu akan keberhasilan yang ia raih. Orang-orang ini tidak hanya berhenti pada iri, tetapi mereka menyusun siasat untuk menjatuhkan Daniel dengan  mencari cela dalam kelemahannya. (Seharusnya keberhasilan orang  lain harus menjadi pendorong agar kita menggali pontensi yang ada pada kita untuk bisa sama atau melampaui orang tersebut bukan menyusun siasat untuk menjatuhkan orang yang sudah berhasil)
  2. Adanya hukum
    Iri hati tidak hanya berhenti pada siasat untuk menjatuhkan Daniel, namun siasat yang didasari atas iri hati  tersebut  menjelma menjadi sebuah undang-undang yang berlaku secara umum baik di Media dan Persia. Dan raja sendiripun tidak boleh membatalkan undang-undang tersebut.  Undang-undang ini tidak hanya sebatas masalah kehidupan sehari-hari namun menyangkut pembatasan hak asasi Daniel yang telah ditanamkan oleh Allah sejak lahir yaitu kebebasan beribadah kepada Allah.
Bagaimana respon Daniel sebagai orang yang berspiritualitas:
  1. Dia tidak memakai kedekatannya dengan raja untuk membatalkan undang-undang tersebut. Namun ia senantiasa lebih dekat dan bergaul dengan Allah.
  2. Dia tidak menghakimi teman-teman yang membuat siasat untuk menjatuhkannya.
Yang dilakukan adalah bergaul karib dengan Tuhan dan membiarkan Tuhan bertindak. Akibatnya:
  1. Siasat yang jahat menghancurkan kembali manusia yang membuatnya (ayat 25).
  2. Kemenangan ada pada pihak orang yang bergaul dengan Allah (ayat 23-24).
  3. Tuhan dipermuliakan oleh semua orang yang ada di bawah kekuasaan Raja Darius (ayat 26-29).