Iman yang benar harus diaplikasikan baik melalui pemahaman dan pengertian yang benar berdasarkan Firman Allah maupun dalan aktualisasi kehidupan sehari. Dalam teks ini, kita dapat menemukan bahwa perwira di Kapernaum ini memiliki aktualisasi iman yang Alkitabiah berdasarkan pemgertiannya akan Yesus maupun dalam aplikasi praktisnya.
1. Menghargai dan membantu
sesama. (Ay.6).
Istilah “hamba” disini berkaitan dengan budak. Arti budak pada saat itu adalah seseorang yang bekerja kepada tuannya, dengan tidak memiliki hak apa-apa, sebab ia telah di beli oleh tuannya. Seorang tuan yang telah membeli budak, ia memiliki hak untuk memperkerjakan budak tersebut, dan setelah budak itu tidak lagi berfungsi baginya, ia berhak membuang budak tersebut dan membeli yang baru.
Namun dalam teks ini, ketika budaknya sakit lumpuh dan sangat menderita, ia tidak membuang budak tersebut, namun ia sangat care dan mengusahakan agar budaknya ini mengalami kesembuhan. Maka karena kondisi sakitnya budak ini, ia datang dengan sendirinya kepada Tuhan Yesus untuk meminta agar Tuhan Yesus menyembuhkan budaknya. Pertanyaannya adalah mengapa perwira ini sangat care serta menyibukkan dirinya utk meminta Yesus menyembuhkan budak ini? Bukankah perwira ini punya hak membeli budak yang baru utk dipekerjakan… Mengapa harus merepotkan diri untuk kesembuhan budak ini….? Jawabannya perwira ini memiliki iman yang alkitabiah. Dimana ketika ia mrmbangun relasi dengan budaknya, ia tidak memandang budak ini dalam konteks status sebagai budak, tetapi dengan mata iman ia melihat melampaui status sehingga menemukan esensi nilai manusi yang sesungguhnya yang ditanamkan oleh Allah sebagai makluk yang begambar dan berupa Allah, sehingga budak ini harus di tolong. Dihadapan Allah semua manusia sama, namun setelah manusia jatuh dalam dosa, manusia sendiri merubah nilai yang telah Allah berikan kepada manusia dengan nilai-nilai suplemen yang ada disekitar manusia. Disinilah manusia mulai membuat nilai tinggi rendahnya seseorang berdasarkan suplemen yang ada padanya. Nah ketika manusia mau menolong sesamanya, ia melihat terlebih dahulu, apakah orang ini pantas saya tolong, apakah ada keuntungan bagi saya, dll. Tapi perwira ini menetapkan kembali nilai sebagai gambar dan rupa Allah pada budak ini dengan menolongnya untuk disembuhkan, tanpa melihat status sosial dan pengkotakan budaya atau tradisi yang telah membuat terjadi penetapan tinggi rendahnya seseorang bedasarkan hal lahiriah.
2. Memiliki kerendahan hati
Ada beberapa bukti perwira ini memiliki iman yang alkitabiah dan diaplikasikan melalui kerendahan hatinya:
a. Ketika ia berusaha untuk mencari kesembuhan untuk budaknya, ia tidak menyuruh bawahannya datang kepada Yesus utk meminta Yesus datang dan menyembuhkan budaknya, melainkan dia datang secara langsung bertemu dgn Yesus, ini tanda ia sangat menghargai Tuhan Yesus.
b. Ketika Yesus ingin datang kerumahnya, ia mengatakan bahwa ia tidak layak menerima Yesus.
Kerendahan hati perwira ini luar biasa, dimana bukan hanya budaknya melayani dia, namun ketika budaknya sakit ia menunjukkan kerendahan hatinya dalam melayani budaknya dengan mencari Yesus untuk menyembuhkan budaknya, dan selanjutnya kesadaran akan siapa dirinya bahwa dia seorang kafir dan berdosa dihadapan Yesus yang adalah Allah, membuat dia menyatakan ketidaklayakkannya. Sikap ini menunjukkan bahwa ia seorang yang rendah hati.
3. Mempercayai kuasa dan
Kedaulatan Allah.
Kalimat: katakan saja sepatah kata hambaku akan sembuh… Menunjukkan bahwa perwira ini memiliki iman yang alkitabiah, sebab ia meyakini akan otoritas Yesus atas penyakit yang dialami oleh budaknya, dan juga dengan menunjukkan tentang posisi dia ditengah tanggung jawabnya, dan dikaitkan dengan otoritas Tuhan Yesus, maka menunjukkan bahwa perwira ini memiliki pengenalan yang benar akan Yesus melalui:
1. Meyakini kuasa Tuhan yang dasyat melampaui waktu dan tempat.
2. Meyakini kedaulatan Yesus.
Pada akhirnya perwira ini mendapatkan pujian dari Yesus. Pujian Yesus juga menjadi sebuah kritikan yang tajam terhadap kekosongan serimonial ibadah yang dijalankan ditengah- tengah bangsa israel yang begitu ketat, namun tidak pernah mendapatkan iman yang besar dan murni seperti perwira yang bukan orang Israel.
Harapan dan doa kita agar kita dapat mencontoh aplikasi iman dari perwira ini, sehingga dimanapun kita berada dan apapun yang kita lakukan kita boleh mendapatkan pujian dari Allah, sebab aktifitas kita itu lahir dari cara pandang yang alkitabiah, motifasi yang alkitabiah serta pengenalan akan Allah yang Alkitabiah. Tuhan Memberkati